Perjalananku menuju ke Jeddah sangat lancar, cuaca sangat cerah, seperti ikut mengaminkan perjalanan kami. Aku melongok, melihat ke arah jendela pesawat, yang tampak hanya birunya langit yang sangat indah dan cerah, putihnya mega yang bergunung-gunung bagai busa, ingin rasanya menyentuhnya, mungkin mega itu sangat lembut, seperti ice cream vanilla atau mungkin seperti lembutnya adonan kue yang dimixer, hmmmm..... tapi entahlah aslinya bagaimana, aku pandang ke bawah tak tampak apapun, layar TV di pesawat menunjukkan bahwa dalam waktu tidak kurang dari setengah jam sudah akan memasuki wilayah Saudi Arabia. Aku nikmati saja perjalanan ini, sambil sesekali membaca. tak kurang dari setengah jam aku melongok kembali ke arah jendela, dari atas pesawat mulai tampak hamparan pasir berwarna kecoklatan tak putus-putus, tanda bahwa semakin mendekat ke tujuan. Pesawat terus melaju, hingga mulai tampaklah bangunan-bangunan dengan bentuk yang hampir sama, model kotak persegi. bangunan -bangunan itu tak lain adalah rumah-rumah penduduk kota Jeddah, semakin mendekat ke bandara, semakin jelas terlihat dan akhirnya pesawat mendarat dengan mulus, tiba di Bandara King Abdul Aziz tepat jam 2 siang waktu Saudi. Aku mengucap, Alhamdulillah…..labbaika Yaa Allah… aku penuhi pangggilan-Mu terus menerus. Terasa sebuah kegembiraan di hati. Akhirnya aku bisa sampai satu langkah lebih mendekat ke Baitullah-MU berziarah kepada kekasih-MU. Semua jamaah berkemas, bergegas untuk turun, menyiapkan semua bagasi dan sampailah kami di terminal kedatangan. Proses yang agak lama, karena harus antri begitu panjang di pemeriksaan imigrasi. Sembari menunggu aku putuskan untuk shalat dhuhur dan asar jama takdim, karena aku memang tidak shalat di atas pesawat meski tadi sudah diumumkan masuk waktu dhuhur dan siapa saja yang mau shalat boleh shalat di pesawat, tetapi aku lebih memilih shalat di darat, agar bisa berwudhu dengan sempurna. Usai shalat aku kembali antrian. Jam setengah 5 selesailah urusan imigrasi semua rombongan jamaah dan bis yang akan mengantar kami ke Madinatunnabiy ternyata sudah siap menunggu. Aku melangkah ke atas bis, aku ambil tempat duduk paling depan agar aku bisa melihat-lihat dengan jelas selama perjalanan. Masih 7 jam lagi perjalanan darat yang harus dilalui. Di tengah perjalanan, kami berhenti sejenak untuk istirahat, makan, Mr Sate Al Na’em, itulah tempat menu makan kami. Catering masakan Indonesia. Menunya cukup enak di lidah, nasi putih hangat, ayam bakar merah, oseng-oseng tempe, telur rebus, lalapan, sambal dan kerupuk, ahh..terasa nikmat setelah cukup lelah dalam proses di bandara tadi.
Mr Sate Al Naeem,,, menu masakan jawa |
Mendekati masuk waktu isya kami sampai di sebuah masjid, kami berhenti untuk menunaikan shalat maghrib dan isya jama, lalu melanjutkan perjalanan kembali. Hari semakin gelap, mata semakin lengket dan tidurlah hampir semua jamaah rombongan kami. Aku termasuk tipe orang yang sangat susah tidur di atas kendaraan. Karena benar-benar lelah, aku tertidur juga meski tidak lama. Aku terbangun, kulihat sekeliling ternyata, sepi, semua masih dalam alam mimpi, tetapi mataku sudah tidak bisa terpejam lagi, aku amati saja setiap tempat yang dilewati oleh bis kami, aku baca setiap rambu yang dilalui, sampai mataku tertuju pada sebuah rambu yang menunjukkan tak lama lagi akan memasuki kota Madinah. Hati ini berdebar sangat kencang, badan sedikit gemetar, ada senyum di bibir tapi tak terasa air mata mulai meleleh, tak kuasa membayangkan begitu dekatnya aku kini dengan kota nabi. Aku terhanyut dengan perasaan itu, sampai lampu di atas bis dinyalakan dan tour guide kami menjelaskan bahwa tak sampai setengah jam lagi kita akan memasuki kota Madinah. Semua jamaah terbangun. Tour guide menjelaskan tentang sejarah kota Madinah, peninggalan-peninggalan Rasulullah yang ada di sana, aku mendengar, tetapi tidak begitu konsentrasi karena aku sibuk dengan suasana hatiku sendiri, air mata ini terus meleleh, sampai ketika benar-benar bis kami masuk ke kota Madinah sudah hampir tengah malam. Kesan pertama yang tampak adalah Madinah adalah kota yang tenang, aku perhatikan setiap yang jalan yg dilalui, masih tampak mobil berlalu lalang, ada juga bis-bis yang mengangkut jamaah seperti kami juga. Assalamualaika Yaa Rasulullah, Assalamualaika Yaa Nabiyallah, Assalamualaika Yaa Habiballah, terus bibirku ucapkan, dengan dipimpin oleh ustad rombongan, kami membaca doa ketika memasuki kota Madinah. Rasa hati yang bergejolak tak bisa digambarkan, dipenuhi kesyukuran kepada Ilahi Robbi bahwa akhirnya aku ditakdirkan untuk berziarah ke kota-Nya. Bis terus melaju menuju hotel tempat rombonganku menginap, hingga sampailah kami di sebuah jalan yang ketika menoleh ke kanan tampaklah sebuah kubah hijau dari sebuah masjid, yang tak lain itu adalah green dome, tepat di bawah kubah hijau itulah makam makhluk termulia, insan paripurna Rasulullah Muhammad SAW. Dada rasa berkecamuk, entahlah sudah berapa air mata yang jatuh, tak sabar rasanya ingin menghambur memeluk Kekasih Allah, menghadapkan wajah di hadapannya, memandang keindahannya, mengadu kepadanya, menyampaikan salam rindu yang sangat kepadanya, Yaa Rasuulullah……
Hingga sampailah kami di hotel, pembagian kunci kamar sudah beres, semua barang-barang sudah diturunkan, aku melangkah ke kamar hotel, dengan pikiran yang masih melayang membayangkan apa yang baru aku lalui. Aku bersihkan diri, ganti baju, aku rebahkan diri, istirahat setelah perjalanan panjang non stop hampir 20 jam. Aku berharap esok bisa segar, sehingga bisa memulai aktivitasku dengan sebaik-baiknya.
BERSAMBUNG
*BY ZAY 2011